Thursday, February 28, 2013

Catatan dari Bulan Penuh Cinta, Februari 2013


Bulan Februari setiap tahunnya identik dengan selebrasi akan moment hari kasih sayang. Bukan hanya hari, bahkan sebulan penuh banjir kasih sayang. Saya ingat masa-masa merayakan hari spesial itu adalah dengan bertukar cokelat dengan sesama teman. Tapi takkan saya lupa dimana suatu kali kami semua mengumpulkan cokelat di satu tas plastik dan hilang pada saat kami latihan di sebuah sekolah seni terkenal di Jakarta. Moment yang berkesan sekaligus lucu karena bahkan kami diundi untuk memberikan cokelat tersebut.

Masa telah berganti. Bulan penuh cinta, saat ini dirayakan dengan menonton pagelaran yang bertema serupa. Untuk saya pribadi, pagelaran tersebut berupa konser musik. Diawali dengan konser Love Garage (EX Parking Lot), 1 Maret 2013 dan diakhiri dengan Konser Ari Lasso, Sang Dewa Cinta (JCC), 23 Februari 2013. Keduanya sangat berkesan karena musiknya dan juga teman baik serta keluarga yang turut menemani.

Love Garage + Ari Lasso

Love Garage sendiri juga saya kunjungi tahun 2012 kemarin. Saat itu saya beserta seorang teman baik menonton Bag Raiders, duo yang terkenal dengan lagu Sunlight. Sebetulnya, saya lebih tertarik dengan packaging acaranya yang cukup unik. Dan ini menjadi bekal pengalaman yang saya bawa pada Love Garage 2013. Saya baru pertama kali ntn sebuah konser yang memberikan jas hujan plastik dan juga status stiker secara cuma-cuma. Status stiker ini sungguh unik dimana banyak dari pengunjung menggunakannya di baju mereka sehingga mudah diidentifikasi siapa yang sedang mencari pasangan, fling atau bahkan teman sepergaulan. Yang unik di Love Garage 2013 ini adalah adanya undakan-undakan yang terbuat dari kayu dimana diatasnya setiap beberapa menit disemburkan angin dingin. Spot ini bagi saya merupakan spot terbaik untuk melihat performance band favorit seperti Ra Ra Riot (selama sebulan penuh saya mendengarkan Beta Love non stop dan voila akhirnya mereka tampil) dan juga band tersohor Yeah Yeah Yeahs ( lagu Maps benar-benar membuat saya jatuh cinta). Untuk YYYs sendiri memang spektakuler penampilannya, sang vokalis yang juga satu-satunya perempuan di band tersebut, Karen O bervokal prima, enerjik dan sangat stylish. Bahkan saat membawakan sebuah lagu, dia memasukkan mic ke mulut sambil berteriak. Sangat-sangat menakjubkan.


Love Garage

Konser penutupan bulan Februari yang saya tonton adalah Ari Lasso. Ini mungkin menjadi pelipur lara karena sebelumnya saya tidak menyaksikan Konser Mahakarya. Dan berita yang ada di linimasa, Dewa19 akan reuni dan menyanyikan 7 lagu. Konser ini juga diiringi oleh Magenta Orchestra (Andi Rianto). Saya kebetulan beberapa kali menonton Harmoni dan juga Deluxe Symphony dimana keduanya merupakan pagelaran yang sangat amat apik oleh Andi Rianto. Konsep sekaligus aransemen dari kedua acara itu memang berbeda dengan acara lain. Terlihat elegan dan juga dibawakan dengan gaya yang berbeda. Tidak ada alasan untuk tidak menontonnya pikir saya. Lalu hadirlah saya di JCC malam itu. Disamping ketidakadaan monitor di samping panggung dan juga gelang penanda, konser ini sangat menarik dan juga mengobati kerinduan penggemar Ari Lasso dan juga Dewa19. Selain lagu solonya, duet dengan Melly Goesla, BCL dan Titi DJ cukup menyita perhatian. Namun GONG nya menurut saya tetap dipegang oleh reuni Dewa19. Tanpa banyak kata, lagu-lagi hits dimainkan dan membuat koor sepanjang sisa konser. Cinta Kan Membawamu Kembali, Elang, Restoe Bumi, Aku Disini Untukmu, Satu Hati, Cukup Siti Nurbaya, Kangen (dibawakan format awal Dewa19). Konser ini ditutup dengan encore Kamulah Satu-Satunya. Benar-benar konser yang membawa saya terbang ke berbagai kenangan.

Sebuah Perenungan dalam Perjalanan 30 Menit


Terkadang kita suka melakukan small talk dengan orang lain tentang isu2 tertentu yang sebenarnya hanya untuk mengisi waktu semata. Misalnya di dalam taksi. Tanpa kita sadari, kadang hal-hal menarik kita temukan lewat interaksi dengan sang pengemudi. Kalo tidak percaya, cobalah sesekali berinteraksi dengan mereka. Saya punya beberapa pengalaman unik dari interaksi dengan beberapa darinya. Yang saya ingat, suatu hari yang sudah agak larut, saya akan kembali ke rumah dari kemang. tiba2 sang pengemudi bertanya mau kemana dan lewat mana. Lama kelamaan, dia bertanya persisnya disebelah mana. dia kemudian bergumam tentang daerah rumah saya dan juga menebak nama saya. Saya jujur saja saat itu berencana untuk turun dari taksi karena ketakutan. anehnya dia menyebut nama tetangga saya. Dari situ saya mencoba menggali informasi lebih sembari komat kamit melantunkan doa yang saya ingat dalam kepala. Dan ternyata saya baru sadar setelah akhirnya dia berujar bahwa dia itu teman karate saya semasa sd dan memang tinggal di dekat rumah saya pada masanya. Luarbiasa. Rasanya semacam tali kasih.

Kali kedua, saya baru selesai les dan memutuskan untuk naik taksi karena cuaca agak mendung. Kebetulan sang pengemudi taksi baru hadir ke pool taksi karena ada pelanggan dari apartemen sebelah yang membatalkan pesanannya. Lalu saya menginstruksikan arah perjalanan saya. lucunya sang pengemudi berujar : “Wah saya baru tau lewat sini.”. Beberapa kali memang saya cukup stress kalo menemui pengemudi yang tidak tahu jalan sama sekali dan ternyata baru 3 hari masa kerjanya. Nah dari asumsi itu saya iseng bertanya : “sudah berapa lama pak bekerja di perusahaan ini?”. Dari pertanyaan itu biasanya cerita berlanjut. saya sering bertemu pengemudi yang ternyata dahulunya bekerja di perusahaan besar kemudian di phk. Sungguh miris mendengarnya. Cerita bergulir ketika si bapak yang saya temui ini berujar bahwa dia baru 1 tahun lebih mengemudi dan dahulu dia bekerja di sebuah perusahaan besar di bagian operations. Dan dia telah menduduki posisi yang cukup tinggi, manager kalo tidak salah. dia kemudian melanjutkan setelahnya ia menggunakan uang pesangon untuk membangun bisnis yang ternyata tidak berhasil. Dia pun sempat membantu koleganya dengan meminjamkan kartu kreditnya dan ironisnya si kolega tidak mampu membayar cicilan dan akhirnya si bapak tadi membantu membayar cicilannya. Sontak saya takjub mendengar penuturan ini. si bapak bercerita dengan nada yang datar, tanpa adanya lonjakan emosi. Sampai akhirnya saya sendiri malu hati. Bayangkan si bapak ini tidak mengeluh dengan perjalanan hidupnya saat ini. Dia sudah punya rencana kedepan dan percaya bahwa suatu saat keadaan akan menjadi lebih baik seperti dulu. jujur mendengar seluruh cerita dari si bapak saya merasa harus introspeksi diri lagi. Kadang saya masi mengeluh tentang hal-hal kecil yang mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi saya jika dibandingkan dengan bapak ini yang menjalaninya dengan legowo. Bahkan dia menambahkan, asal anak saya bisa sekolah mbak. Sungguh perjalanan 30 menit yang membuka mata saya.