Terkadang kita suka melakukan small talk dengan orang lain
tentang isu2 tertentu yang sebenarnya hanya untuk mengisi waktu semata.
Misalnya di dalam taksi. Tanpa kita sadari, kadang hal-hal menarik kita temukan
lewat interaksi dengan sang pengemudi. Kalo tidak percaya, cobalah sesekali
berinteraksi dengan mereka. Saya punya beberapa pengalaman unik dari interaksi
dengan beberapa darinya. Yang saya ingat, suatu hari yang sudah agak larut,
saya akan kembali ke rumah dari kemang. tiba2 sang pengemudi bertanya mau
kemana dan lewat mana. Lama kelamaan, dia bertanya persisnya disebelah mana.
dia kemudian bergumam tentang daerah rumah saya dan juga menebak nama saya. Saya
jujur saja saat itu berencana untuk turun dari taksi karena ketakutan. anehnya
dia menyebut nama tetangga saya. Dari situ saya mencoba menggali informasi
lebih sembari komat kamit melantunkan doa yang saya ingat dalam kepala. Dan
ternyata saya baru sadar setelah akhirnya dia berujar bahwa dia itu teman
karate saya semasa sd dan memang tinggal di dekat rumah saya pada masanya.
Luarbiasa. Rasanya semacam tali kasih.
Kali kedua, saya baru selesai les dan memutuskan untuk naik
taksi karena cuaca agak mendung. Kebetulan sang pengemudi taksi baru hadir ke
pool taksi karena ada pelanggan dari apartemen sebelah yang membatalkan
pesanannya. Lalu saya menginstruksikan arah perjalanan saya. lucunya sang
pengemudi berujar : “Wah saya baru tau lewat sini.”. Beberapa kali memang saya
cukup stress kalo menemui pengemudi yang tidak tahu jalan sama sekali dan ternyata
baru 3 hari masa kerjanya. Nah dari asumsi itu saya iseng bertanya : “sudah
berapa lama pak bekerja di perusahaan ini?”. Dari pertanyaan itu biasanya
cerita berlanjut. saya sering bertemu pengemudi yang ternyata dahulunya bekerja
di perusahaan besar kemudian di phk. Sungguh miris mendengarnya. Cerita
bergulir ketika si bapak yang saya temui ini berujar bahwa dia baru 1 tahun
lebih mengemudi dan dahulu dia bekerja di sebuah perusahaan besar di bagian
operations. Dan dia telah menduduki posisi yang cukup tinggi, manager kalo
tidak salah. dia kemudian melanjutkan setelahnya ia menggunakan uang pesangon
untuk membangun bisnis yang ternyata tidak berhasil. Dia pun sempat membantu
koleganya dengan meminjamkan kartu kreditnya dan ironisnya si kolega tidak
mampu membayar cicilan dan akhirnya si bapak tadi membantu membayar cicilannya.
Sontak saya takjub mendengar penuturan ini. si bapak bercerita dengan nada yang
datar, tanpa adanya lonjakan emosi. Sampai akhirnya saya sendiri malu hati. Bayangkan
si bapak ini tidak mengeluh dengan perjalanan hidupnya saat ini. Dia sudah
punya rencana kedepan dan percaya bahwa suatu saat keadaan akan menjadi lebih
baik seperti dulu. jujur mendengar seluruh cerita dari si bapak saya merasa
harus introspeksi diri lagi. Kadang saya masi mengeluh tentang hal-hal kecil
yang mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi saya jika dibandingkan dengan
bapak ini yang menjalaninya dengan legowo. Bahkan dia menambahkan, asal anak
saya bisa sekolah mbak. Sungguh perjalanan 30 menit yang membuka mata saya.
No comments:
Post a Comment