Thursday, February 28, 2013

Sebuah Perenungan dalam Perjalanan 30 Menit


Terkadang kita suka melakukan small talk dengan orang lain tentang isu2 tertentu yang sebenarnya hanya untuk mengisi waktu semata. Misalnya di dalam taksi. Tanpa kita sadari, kadang hal-hal menarik kita temukan lewat interaksi dengan sang pengemudi. Kalo tidak percaya, cobalah sesekali berinteraksi dengan mereka. Saya punya beberapa pengalaman unik dari interaksi dengan beberapa darinya. Yang saya ingat, suatu hari yang sudah agak larut, saya akan kembali ke rumah dari kemang. tiba2 sang pengemudi bertanya mau kemana dan lewat mana. Lama kelamaan, dia bertanya persisnya disebelah mana. dia kemudian bergumam tentang daerah rumah saya dan juga menebak nama saya. Saya jujur saja saat itu berencana untuk turun dari taksi karena ketakutan. anehnya dia menyebut nama tetangga saya. Dari situ saya mencoba menggali informasi lebih sembari komat kamit melantunkan doa yang saya ingat dalam kepala. Dan ternyata saya baru sadar setelah akhirnya dia berujar bahwa dia itu teman karate saya semasa sd dan memang tinggal di dekat rumah saya pada masanya. Luarbiasa. Rasanya semacam tali kasih.

Kali kedua, saya baru selesai les dan memutuskan untuk naik taksi karena cuaca agak mendung. Kebetulan sang pengemudi taksi baru hadir ke pool taksi karena ada pelanggan dari apartemen sebelah yang membatalkan pesanannya. Lalu saya menginstruksikan arah perjalanan saya. lucunya sang pengemudi berujar : “Wah saya baru tau lewat sini.”. Beberapa kali memang saya cukup stress kalo menemui pengemudi yang tidak tahu jalan sama sekali dan ternyata baru 3 hari masa kerjanya. Nah dari asumsi itu saya iseng bertanya : “sudah berapa lama pak bekerja di perusahaan ini?”. Dari pertanyaan itu biasanya cerita berlanjut. saya sering bertemu pengemudi yang ternyata dahulunya bekerja di perusahaan besar kemudian di phk. Sungguh miris mendengarnya. Cerita bergulir ketika si bapak yang saya temui ini berujar bahwa dia baru 1 tahun lebih mengemudi dan dahulu dia bekerja di sebuah perusahaan besar di bagian operations. Dan dia telah menduduki posisi yang cukup tinggi, manager kalo tidak salah. dia kemudian melanjutkan setelahnya ia menggunakan uang pesangon untuk membangun bisnis yang ternyata tidak berhasil. Dia pun sempat membantu koleganya dengan meminjamkan kartu kreditnya dan ironisnya si kolega tidak mampu membayar cicilan dan akhirnya si bapak tadi membantu membayar cicilannya. Sontak saya takjub mendengar penuturan ini. si bapak bercerita dengan nada yang datar, tanpa adanya lonjakan emosi. Sampai akhirnya saya sendiri malu hati. Bayangkan si bapak ini tidak mengeluh dengan perjalanan hidupnya saat ini. Dia sudah punya rencana kedepan dan percaya bahwa suatu saat keadaan akan menjadi lebih baik seperti dulu. jujur mendengar seluruh cerita dari si bapak saya merasa harus introspeksi diri lagi. Kadang saya masi mengeluh tentang hal-hal kecil yang mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi saya jika dibandingkan dengan bapak ini yang menjalaninya dengan legowo. Bahkan dia menambahkan, asal anak saya bisa sekolah mbak. Sungguh perjalanan 30 menit yang membuka mata saya.

No comments: